Ads

Friday, September 14, 2012

Keris Pusaka Sang Megatantra Jilid 015

◄◄◄◄ Kembali

"Akan tetapi hamba merasa kasihan kepada Mbakayu Lasmini, hamba ingin menolongnya dan membahagiakannya. Kalau paduka memenuhi permintaan hamba dan mengambilnya sebagai garwo ampil (selir), hamba akan merasa bahagia, sebaliknya kalau paduka menolak, hamba akan merasa berduka. Apakah paduka tidak kasihan kepada hamba?"

"Mandari, selirku terkasih. Ketahuilah, cinta tidak berarti harus memenuhi semua permintaan orang yang dicintai Sama sekali tidak. Cinta bahkan harus menolak permintaan orang yang dicintai kalau permintaan itu tidak benar, berarti menyadarkan orang yang dicinta dan kekeliruan. Kalau menuruti saja permintaan yang keliru dari orang yang dicintai hal itu berarti malah mendorongnya ke dalam jurang. Dan ketahuilah bahwa permintaanmu sekali ini adalah keliru tidak benar sama sekali. Kakang Narotama adalah tulang punggung Kerajaan Kahuripan. Apakah aku harus mematahkan tulang punggung itu hanya demi merampas seorang wanita cantik dari tangan pria yang berhak memilikinya?? Tidak, wong ayu, sekali lagi tidak!"

Dalam ucapan Sang Prabu itu terdengar suara yang mengandung keyakinan dan kepastian yang tidak mungkin dapat diubah pula dan Mandari tahu akan hal ini, maka iapun tidak berani membujuk lagi, takut kalau-kalau Sang Prabu Erlangga menjadi curiga kepadanya.

Beberapa hari kemudian, Sang Prabu Erlangga terkejut ketika Ki Patih Narotama datang berkunjung dan mohon menghadap tidak pada hari paseban (menghadap raja). Dan kedatangan Ki Patih Narotama ini bersama Lasmini yang berdandan rapi sehingga tampak cantik jelita seperti bidadari!

Maklum bahwa Narotama tentu mempunyai urusan penting untuk dibicarakan, maka Sang Prabu Erlangga menerima patihnya bersama Lasmini dalam sebuah ruangan tertutup tanpa dihadiri orang lain, bahkan Mandari sendiripun tidak diperkenankan ikut menyambut.

Setelah dipersilakan duduk, Sang Prabu Erlangga berkata sambil tersenyum. "Wahai, Kakang Narotama, andika dating berkunjung bukan pada hari paseban, tentu ada urusan yang teramat penting. Dan andika mengajak pula selir andika Lassmini, ada urusan apakah gerangan, Kakang Narotama?"

Sang Prabu mengerling ke arah Lasmini yang menundukkan mukanya dan harus dia akui bahwa wanita itu memang cantik luar biasa. Hanya Mandari saja yang dapat menandingi kecantikan itu.

"Ampun beribu ampun, gusti sinuwun Kedatangan hamba menghadap paduka tanpa dipanggil ini adalah untuk menghaturkan Lasmini kepada paduka."

Sang Prabu Erlangga memandang patihnya dengan mata terbelalak penuh keheranan. "Menghaturkan Lasmini kepadaku? Apa maksudmu, Kakang Narotama?"

"Apabila paduka berkenan menghendaki untuk mengambil Lasmini sebagai garwo ampil, silakan, gusti. Hamba menyerahkannya dengan kedua tangan terbuka dan hati serela-relanya."

"Duh Jagad Dewa Bathara! Serendah itukah penilaianmu terhadap diriku? Aku bukan perusak pagar ayu, aku tidak akan merampas isteri orang lain, apa lagi isterimu, kakang, Bawalah garwamu pulang dan jangan berpikir yang bukan bukan! Heh, Lasmini, andika bersuamikan seorang ksatria yang arif bijaksana. Pulanglah bersama dia dan hiduplah bahagia disampingnya sebagai seorang isteri yang setia. Nah, pulanglah kalian!"

Dalam kalimat terakhir ini terkandung perintah tegas sehingga Ki Patih Narotama tidak berani membantah lagi. Setelah berpamit dan mohon diri dia lalu mengajak Lasmini pulang dengan hati yang lega dan tenang.

Kalau benar Sang Prabu Erlangga tertarik dan mencintai Lasmini, hal itu tidaklah aneh. Selirnya itu memang memiliki kecantikan luar biasa sehingga kalau ada dewa sekalipun yang jatuh cinta padanya, dia tidak akan merasa heran. Sang Prabu Erlangga sebagai seorang pria boleh jadi terpikat dan jatuh cinta kepada Lasmini, namun dia percaya sepenuhnya bahwa Sang Prabu Erlangga tidak akan sedemikian sesat untuk mengganggu isteri orang lain.

Dari semula dia sudah menduga begitu, maka diapun sengaja mengajak Lasmini menghadap dan menyerahkan Lasmini kepada Sang Prabu Erlangga. Dan, seperti memang sudah diduganya, Sang Prabu Erlangga menolak keras! Maka timbul perasaan terima kasih dan bangga kepada rajanya yang membuat dia semakin kagum, memuja dan setia kepada junjungannya yang juga merupakan sahabat dan saudara seperguruannya itu.

SEBALIKNYA, Lasmini dan Mandiri yang diam-diam menyumpah-serapah, kecewa dan marah bukan main melihat betapa siasat mereka berdua itu gagal sama sekali. Hasilnya bukan mengadu domba dan memecah belah, bahkan membuat hubungan antara raja dan patihnya itu menjadi semakin kuat. Akan tetapi dua orang kakak beradik yang cantik jelita dan cerdik sekali ini tidak memperlihatkan perasaan mereka di depan suami masing-masing, bahkan berusaha sekuat tenaga untuk semakin memikat suami mereka sehingga mereka berdua semakin disayang. Mereka bagaikan dua ekor harimau yang tampak jinak menyenangkan, akan tetapi yang diam-diam menanti saat dan kesempatan baik untuk menerkam dan membinasakan!

**** ****
Lanjut ke Jilid 016 ►►►►
◄◄◄◄ Kembali

No comments:

Post a Comment