Ads

Wednesday, November 14, 2012

Nurseta Satria Karangtirta Jilid 045

◄◄◄◄ Kembali


Dengan tenang, Wiku Ktut Bumi Setra mengeluarkan tiga batang dupa lidi, lalu dia mengambil sehelai daun kering dan memukulkan ujung tongkatnya pada batu. Bunga api berpijar menyambar daun kering yang dia dekatkan sehingga daun itu terbakar dan dia pun membakar ujung tiga batang dupa lidi itu sehingga membara. Tiga batang dupa lidi membara itu lalu dia selipkan di atas kain putih pengikat kepalanya. Setelah itu,Wiku Ktut Bumi Setra lalu bersedakap (melipat kedua lengan depan dada), memejamkan mata dan mulutnya membaca mantra berkepanjangan.

"Huh, dia akan mengeluarkan aji pamungkasnya yang mengerikan, yaitu Aji Malih Leyak." kata Nini Bumigarbo kepada Niken Harni.

Gadis ini pernah mendengar bahwa di Bali-dwipa terkenal dengan aji yang ada hubungannya dengan pemujaan Sang Batari Durga, atau pemujaan Setan ini, yang kabarnya amat dahsyat dan jahat. Maka ia memandang dengan penuh perhatian dan merasa ngeri melihat betapa kepala Wiku Ktut Bumi Setra mulai bergerak-gerak sehingga tiga batang dupa lilin itu bergoyang-goyang dan asapnya membuat bentuk yang aneh. Juga bau asap dupa lidi itu makin lama semakin memuakkan. Kalau tadinya berbau wangi yang aneh, kini makin lama berubah menjadi bau busuk, seperti bau bangkai.

Tiba-tiba seluruh tubuh Wiku Ktut Bumi Setra menggigil dan dari tubuhnya mengepul uap kehitaman tipis yang mengeluarkan bau apak dan busuk. Tubuh yang menggigil itu menjadi semakin besar, hampir dua kali lipat besarnya dan tampaklah wujud yang mengerikan sekali. Mahluk yang tinggi besarnya dua kali manusia dewasa itu bukan manusia lagi, melainkan iblis yang menyeramkan. Rambutnya gimbal dan mencuat ke sana-sini, matanya lebar dan melotot seperti akan melompat keluar biji matanya yang besar-besar, alisnya tebal dan kaku seperti juga rambutnya, mirip kawat. Lengannya berbulu dan panjang, dan tangannya berkuku panjang. Hidungnya besar merekah dan mulutnya yang paling menakutkan. Mulut itu ternganga, dengan gigi besar-besar dan ada taring di kanan kiri, lidahnya terjulur keluar, panjang dan merah dan dari dalam mulutnya tampak api keluar masuk, seolah dia bernapaskan api! Mahluk itulah yang dikenal sebagai Leyak atau Iblis yang dipuja mereka yang meninggalkan jalan kebenaran. Leyak itu terselimuti uap kehitaman yang tipis dan terdengarlah suara gemuruh seperti suara ratusan mulut setan berteriak-teriak di belakang Leyak ini. Wujud yang mengerikan itu kini melangkah maju menghampiri Nurseta sambil mengeluarkan suara gerengan dahsyat.

Niken Harni yang amat pemberani itu pun kini mengkirik (menggeliang-geliut) saking ngerinya melihat mahluk yang menyeramkan itu. Apalagi tercium bau yang hampir tak tertahankan saking busuknya. Mahluk itu sudah merupakan wujud lain dari Wiku Ktut Bumi Setra. Sukar untuk percaya melihat Sang Wiku dapat berubah seperti mahluk itu, akan tetapi bukti bahwa di atas pengikat rambut mahluk itu terdapat tiga batang dupa lidi yang masih membara dan mengeluarkan asap putih, dan kedua pergelangan tangan mahluk itu juga memakai gelang akar bahar hitam seperti yang dipakai Wiku Ktut Bumi Setra, maka orang baru akan percaya bahwa Leyak itu memang malihan (pergantian rupa) Sang Wiku.

Nurseta juga terkejut dan sesaat jantungnya berdebar tegang menghadapi mahluk yang selain menyeramkan, juga mengeluarkan wibawa yang teramat kuat. Dia pernah mendengar tentang Aji Malih Leyak ini, akan tetapi baru sekarang dia berhadapan dengan mahluk itu. Akan tetapi dia segera dapat memulihkan ketenangannya dan karena dia tahu betapa kuatnya mahluk ini, dia lalu mencabut Keris Pusaka Kolomisani pemberian Ki Patih Narotama. Dengan keris pusaka di tangan kanan, dia menanti dengan tenang namun waspada.

Dengan mengeluarkan gerengan yang dahsyat, Leyak itu mulai menyerang ke depan, kedua tangannya yang berkuku panjang itu menyambar yang kanan ke arah kepala Nurseta, yang kiri ke arah lehernya. Tangan-tangan besar berkuku panjang itu pasti akan meremukkan kepala dan mematahkan batang leher. Namun Nurseta yang sudah siap siaga itu dengan cepat sekali sudah mengelak ke belakang, lalu dengan loncatan memutar kaki kirinya mencuat dan menendang ke arah dada mahluk itu.

"Dess...!"

Kaki itu tepat menendang perut, dan Leyak itu hanya mundur dua langkah. Nurseta menyusul dengan tusukan kerisnya, juga ke arah perut yang besar itu.

"Tukk!"

Tusukan itu tepat mengenai perut Leyak yang gerakannya kaku dan lamban itu, akan tetapi tusukan itu yang mengenai perut seolah menusuk air saja, sama sekali tidak dirasakan Leyak itu! Bahkan tangan kiri Leyak itu menyambar dari samping. Nurseta tidak sempat mengelak hanya miringkan tubuh sehingga bukan dadanya yang terpukul melainkan pundaknya. Dia terhuyung, merasa seperti dipukul palu godam yang amat kuat!

Terjadilah perkelahian yang seru. Leyak itu lamban dan kaku, namun tubuhnya kebal. Terkadang keris dan tamparan tangan kiri Nurseta seperti mengenai air dan tembus tanpa melukai, akan tetapi terkadang seperti bertemu baja yang keras sehingga tangan atau kerisnya terpental! Nurseta memang jauh lebih cepat gerakannya, akan tetapi karena semua serangannya gagal, dan sebaliknya kalau sampai pukulan tangan Leyak itu mengenainya, dapat mencelakakannya, maka dia berhati-hati sekali. Leyak itu memiliki tenaga yang luar biasa sekali. Juga api yang menyambar-nyambar dari mulutnya itu bukan api biasa, dan lebih panas daripada api biasa.

Nurseta mulai terdesak dan Leyak itu yang juga selalu gagal dengan serangannya karena gerakan Nurseta terlalu cepat baginya, kini berusaha untuk menangkap tubuh lawan yang hanya setengah besar dan tinggi tubuhnya itu. Nurseta mulai maklum bahwa kalau dia terus melawan dengan mengandalkan kecepatannya, tanpa mampu membalas karena semua serangannya tidak terasa oleh Leyak itu, dia akan terancam bahaya. Sekali saja tubuhnya dapat diringkus tangan-tangan berkuku panjang dan kokoh kuat itu, berarti dia kalah, bahkan mungkin saja dia akan mengalami cedera berat, atau bahkan tewas. Setelah mempertahankan diri beberapa lamanya, akhirnya Nurseta mengambil keputusan untuk mempergunakan aji pamungkas yang sebetulnya tidak boleh sembarangan dia pergunakan. Sekali ini karena terpaksa, maka dia mengambil keputusan untuk mempergunakannya. Dia melompat cepat ke belakang, bersedakap, mencurahkan segala perhatian dan kekuatan batinnya, membanting kaki tiga kali ke atas tanah dan tiba-tiba mengepul uap putih dan tubuhnya berubah menjadi besar sekali, sebesar Pohon Beringin, jauh lebih besar beberapa kali lipat dibandingkan besar tubuh Leyakl

"Hemm, bocah ini bahkan menguasai Aji Triwikrama! Bukan main!" kata Nini Bumigarbo kagum.

Perwujudan raksasa itu berdiri tegak, kedua kakinya terpentang lebar, kedua tangan bertolak pinggang, dari mulutnya terdengar gerengan yang menggetar seluruh permukaan gunung, bahkan terasa oleh para penduduk didusun-dusun yang berada di lereng bawah. Leyak itu kalah wibawa. Dia gemetar dan terhuyung ke belakang sampai belasan langkah. Tubuhnya menyusut, semakin kecil dan akhirnya berubah kembali menjadi Wiku Ktut Bumi Setra. Hal ini tidaklah mengherankan. Aji Malih Leyak ini merupakan aji yang berasal dari Bathari Durga yang menjadi Ratu Iblis, adapun Aji Triwikrama berasal dari Sang Hyang Wisnu! Begitu Leyak kembali menjadi Wiku Ktut Bumi Setra, "raksasa" itu pun menyusut dan berubah kembali menjadi Nurseta. Wiku Ktut Bumi Setra berdiri dengan wajah agak pucat, lalu tiba-tiba wajahnya berubah kemerahan.

"Gayatri, aku pamit!" Dan tubuhnya sudah berkelebat pergi dari situ.

"Paman Wiku, maafkan saya!" Nurseta berkata, menyesal bahwa dia telah mengalahkan datuk itu sehingga membuat hatinya tersinggung.

"Nurseta, sampaikan salamku kepada Bhagawan Ekadenta!" terdengar jawaban dari bayangan Wiku Ktut Bumi Setra yang sudah menuruni puncak dengan cepatnya.

Setelah sisa ketegangan pertandingan tadi menghilang dan suasana menjadi tenang dan sunyi kembali, Nurseta menghampiri Nini Bumigarbo dan memberi hormat dengan sembah.

"Mohon maaf apabila pertandingan tadi mengganggu ketenteraman tempat tinggal Bibi di sini, akan tetapi saya dipaksa membela diri oleh Paman Wiku Ktut Bumi Setra tadi."

"Hemm, Nurseta. Kalau tidak ingat bahwa engkau pernah menjadi murid Bhagawan Ekadanta, aku akan senang sekali mengadu kesaktian denganmu! Sekarang katakan, apa kehendakmu?"

"Maaf, Bibi. Saya mohon sukalah kiranya Andika membebaskan Niken Harni yang Andika tahan di sini agar saya dapat mengantarkannya pulang ke rumah orang tuanya."

"Huh, ucapanmu lancang, Nurseta! Siapa yang menahan Niken Harni di sini? Tanyakan saja sendiri padanya!" Setelah berkata demikian, Nini Bumigarbo bersila menegakkan tubuh dan memejamkan kedua matanya.

Nurseta menghampiri Niken Harni yang masih duduk diatas batu. Gadis itu masih terkagum-kagum menonton pertandingan yang hebat tadi. Ia kagum kepada Nurseta yang mampu mengalahkan Wiku Ktut Bumi Setra yang demikian sakti mandraguna. Kini keinginannya untuk menimba ilmu dari Nini Bumigarbo semakin kuat. Ketika Nurseta menghampirinya, ia menatap dengan sinar mata tajam.

"Nimas Ken Harni, Andika ditunggu-tunggu orang tua dan seluruh keluarga Andika yang merasa cemas memikirkan keselamatan Andika. Marilah Andika kuantar pulang, Nimas."

"Apakah Andika diutus orang tuaku untuk mengajak aku pulang?" tanya Niken Harni.

"Tidak, Nimas. Aku hanya membantu Puspa Dewi untuk mencarimu di Wengker dan di sana aku mendengar bahwa Andika dibawa pergi Bibi Nini Bumigarbo, maka aku menyusul ke sini dan mengajak Andika pulang."

"Hemm, kalau begitu, Andika tidak perlu mencampuri urusanku. Aku memang ingin ikut Bibi Nini Bumigarbo dan menjadi muridnya. Andika atau siapa saja tidak boleh menghalangi kehendakku ini. Pergilah dan jangan ganggu kami di sini! Kalau bertemu keluargaku, katakan bahwa kalau sudah selesai belajar, aku akan pulang dan tidak perlu mencari aku!"

Nurseta tertegun. Sama sekali. tidak disangkanya bahwa gadis ini memang ikut Nini Bumigarbo dengan suka rela karena ingin menjadi murid nenek berpakaian serba hitam itu! Dia merasa kecelik. Kalau mengetahui bahwa Niken Harni memang ingin mengikuti nenek itu, tentu dia tidak akan bersusah payah mencarinya. Dan dia pun tahu bahwa gadis ini benar-benar ingin menjadi murid nenek itu. Sekiranya gadis itu dipegaruhi sihir atau ada daya yang tidak wajar, pasti dia dapat merasakannya sekarang. Dia merasa malu sendiri.

"Kalau begitu, terserah Andika." kata Nurseta yang segera menghampiri Nini Bumigarbo, memberi hormat dan berkata, "Bibi Nini Bumigarbo, saya mohon maaf atas persangkaan saya tadi bahwa Bibi yang membawa pergi dan menawan Niken Harni. Sekarang saya mohon pamit meninggalkan tempat ini."

Akan tetapi Nini Bumigarbo tidak menjawab, tetap duduk bersila dalam keadaan samadhi. Setelah menanti beberapa lamanya nenek berpakaian serba hitam itu tetap tidak bergerak dan tidak menjawab, Nurseta lalu bangkit berdiri dan pergi meninggalkan puncak itu dengan cepat. Bayangannya diikuti pandang mata Niken Harni.

**** ****

Lanjut ke Jilid 046 ►►►►
◄◄◄◄ Kembali

No comments:

Post a Comment