Ads

Friday, March 29, 2013

Perawan Lembah Wilis Jilid 094

<<== Kembali <<==

Mereka tak sempat banyak bicara karena kembali mereka telah dikurung dan dikeroyok. Kini Tejolaksono bertanding dekat isterinya yang tidaklah begitu sakti seperti Endang Patibroto sehingga ia akan dapat melindunginya. Endang Patibroto memang amat menggiriskan sepak-terjangnya. Ke manapun ia berkelebat, di sana tentu tampak para pengawal bergelimpangan dan Cara Endang Patribroto mengamuk juga membikin kacau barisan lawan. Wanita sakti ini tidak hanya mengamuk di suatu tempat tertentu, melainkan berpindah-pindah, meloncat ke sana ke mari seperti tingkah seekor burung elang menyambari sekumpulan anak ayam.

Hal ini ada sebabnya. Endang Patibroto amat membenci Sindupati yang kini telah menjadi Patih Warutama. jahat yang pernah memperkosanya di puncak Wilis itu harus dibunuhnya karena kalau dia tidak dapat membalas dendam ini, selamanya ia akan hidup menderita penasaran dan sakit hati. Tadi ia tidak berhasil menyerang Warutama yang menyelinap di antara para pengawal, maka kini Endang Patibroto menerjang ke sana ke mari untuk mencari musuh besarnya itu.

Pangeran Panji Sigit dan Setyaningsih bertempur bahu-membahu dan tidak pernah berpisah jauh. Suami isteri ini maklum bahwa mereka berada dalam bahaya dan sungguhpun mereka sama sekali tidak merasa gentar karena penuh kepercayaan akan kemampuan keluarga mereka, akan tetapi mereka ingin selalu berdekatan sehingga apa pun yang akan terjadi, mereka takkan berpisah lagi dan dapat saling bantu dan saling melindungi. Baiknya di antara para pengawal dan perajurit, masih banyak terdapat orang-orang lama yang merasa segan dan suka kepada Pangeran Panji Sigit sehingga mereka mengeroyok secara terpaksa dan setengah hati. Betapapun juga, karena jumlah pengeroyok bukan main banyaknya, pangeran dan isterinya ini pun terdesak hebat.

Pertandingan antara Joko Pramono dan Ki Kolohangkoro berlangsung dengan hebat dan seru sekali. Mereka ini sama kuat dan sama digdaya, dan sungguhpun sepak-terjang Ki Kolohangkoro seperti seorang raksasa mabuk, kasar dan liar menggiriskan, namun Joko Pramono tetap tenang dan menyambut kekerasan dengan kekerasan pula. Perlahan akan tetapi tentu, Joko Pramono mulai dapat menindih dan mendesak Ki Kolohangkoro dengan pukulan-pukulannya yang ampuh, mengandalkan kecepatan gerakan tubuhnya yang mengatasi kecepatan Ki Kolohangkoro.

Pusporini menemui tanding yang lebih kuat daripada Ki Kolohangkoro. Ni Dewi Nilamanik memang lebih sakti kalau dibandingkan dengan Ki Kolohangkoro yang kasar. Wanita penyembah Durgo ini memiliki gerakan yang amat cepat dan tubuh yang ringan di samping permainan kebutan merahnya yang amat menggiriskan. Biarpun kalau dibuat perbandingan, Pusporini masih menang setingkat mengingat gemblengan Resi Mahesapati telah membuat dara perkasa ini memiliki aji kesaktian dan hawa sakti yang bersih dan kuat, namun ia kalah pengalaman oleh Ni Dewi Nilamanik.

Cara wanita penyembah Durgo itu mainkan kebutannya benar-benar membuat Pusporini bingung dan terdesak sampai belasan jurus lamanya. Tiba-tiba ujung kebutan itu terpecah menjadi lima bagian menyerang Pusporini di bagian tubuh yang berbahaya. Ketika Pusporini menggunakan kedua tangannya sibuk menangkis dengan kibasan jari tangan yang mengandung hawa sakti Pethit Nogo, tiba-tiba bagian ke lima dari kebutan itu telah menyambar dan melibat pinggang Pusporini yang ramping!

Ni Dewi Nilamanik mengeluarkan suara ketawa mengejek, dengan pengerahan tenaga sakti ia menyendal untuk menarik roboh Pusporini, akan tetapi suara ketawanya terhenti dan bahkan terganti suara ah-ah-uh-uh orang yang menghimpun seluruh tenaganya. ia menarik-narik dan menyendal-nyendal, namun sia-sia belaka seperti seekor monyet hendak mencabut pohon cemara. Tubuh Pusporini tidak bergeming. Hebat memang aji kesaktian Argoselo yang dipergunakan oleh Pusporini. Jangankan hanya Ni Dewi Nilamanik seorang, biar ditambah tiga orang lagi belum tentu akan dapat menarik roboh tubuh Pusporini yang ramping itu.

"Plakkk!" Sebagai balasan, Pusporini mempergunakan kesempatan selagi Ni Dewi Nilamanik berkutetan hendak menariknya roboh, Pusporini menempiling dengan Aji Pethit Nogo ke arah pelipis Ni Dewi Nilamanik, dari atas ke bawah.

Betapapun saktinya Ni Dewi Nilamanik, kalau tempilingan aji pukulan Pethit Nogo ini menyentuh pelipisnya, tentu bagian kepala ini akan retak dan nyawanya akan melayang. Akan tetapi Ni Dewi Nilamanik biarpun sedang dalam keadaan penasaran, masih sempat mengelak dengan menarik kepala ke belakang sehingga yang kena ditampar hanya pundaknya saja. Namun hal ini cukup membuat tubuh Ni Dewi Nilamanik terpelanting dan libatan ujung kebutan di pinggang Pusporini terlepas. Ni Dewi Nilamanik cepat meloncat dan wajahnya menjadi merah sekali. Kalau saja ia tadi tidak cepat-cepat mengerahkan aji kekebalannya ke pundak, tentu tulang pundaknya sudah hancur. Kinipun rasa nyeri, panas dan menusuk-nusuk membuat ia menyeringai.

Kemarahannya memuncak dan ia memekik keras, tubuhnya menerjang maju, kebutannya mengeluarkan suara meledak-ledak ketika menyambar-nyambar di atas kepala Pusporini. Namun dara perkasa ini menyambutnya dengan gerakan yang tak kalah cepatnya dan membalas dengan pukulan yang tak kalah dahsyatnya.

==>> Perawan Lembah Wilis Jilid 095 ==>>
<<== Kembali <<==

No comments:

Post a Comment