Ads

Saturday, September 22, 2012

Keris Pusaka Sang Megatantra Jilid 041

◄◄◄◄ Kembali

Mereka berdua saling pandang dan sama-sama terkejut. Puspa Dewi tidak mengira bahwa yang datang pada waktu tengah malam itu adalah Nurseta. Seketika ia tahu bahwa Nurseta tentu datang untuk merampas kembali Sang Megatantra. Sebaliknya, Nurseta juga terkejut melihat Puspa Dewi. Bagaimana gadis ini sekarang menjadi pengawal Pangeran Hendratama? Akan tetapi melihat munculnya gadis itu, Nurseta maklum bahwa usahanya akan gagal, maka dia lalu mempergunakan Aji Bayu Sakti dan tubuhnya berkelebat cepat sekali meninggalkan tempat itu. Kalau dia menggunakan Aji Sirna Sarira atau Triwikrama, mungkin dia masih akan mampu menangkap Pangeran Hendratama. Akan tetapi Puspa Dewi berada di situ dan dia tidak mau terlibat permusuhan dengan gadis itu. Para perajurit yang masih panik tidak berani mengejar. Bahkan tujuh orang jagoan itupun agaknya jerih.

"Biar aku yang mengejarnya!" kata Puspa Dewi dan iapun mempergunakan tenaga saktinya untuk melompat dan mengejar dengan cepat sekali ke dalam taman.

"Nurseta!"

Puspa Dewi berseru ketika melihat bayangan pemuda itu sudah mendekati pagar tembok. Mendengar seruan ini, Nurseta berhenti dan memutar tubuh Dengan cepat Puspa Dewi sudah berada di depannya.

"Puspa Dewi, engkau mengejar hendak menangkap aku?" Nurseta bertanya

"Tidak, Nurseta. Aku tahu bahwa engkau datang pasti hendak merampas kembali Sang Megatantra dari tangan pangeran itu."

"Baik sekali kalau engkau mengetahui hal itu, Puspa Dewi. Akan tetapi kenapa engkau berada di sini, menjadi pengawal pangeran jahat itu?"

"Aku bukan pengawalnya. Aku hanya terpaksa karena diutus oleh Puteri Mandari untuk membantu. Akan tetapi engkau tidak mungkin akan dapat merampas pusaka itu, Nurseta. Penjagaan amat kuatnya, bahkan sebelum engkau masuk ke sini, pangeran itu sudah tahu dan sudah melakukan penjagaan ketat. Pusaka itu tentu disembunyikan, entah dimana. Sekarang pergilah, biar aku membantumu menyelidiki dimana dia menyimpan pusaka itu."

"Terima kasih, Puspa Dewi. Aku tahu dan yakin engkau bukan gadis sesat. Karena itu tadi aku memilih melarikan diri daripada harus bertanding melawanmu. Selamat berpisah!"

Nurseta lalu mengerahkan tenaganya, melompat ke atas pagar tembok dan hinggap di atas dua ujung tombak yang runcing, lalu menoleh, melambaikan tangan dan meloncat keluar. Puspa Dewi menghela napas, merasa kagum bukan main. Ia sendiri harus mengakui bahwa ia tidak berani melompat keatas pagar tembok setinggi itu dan hinggap di atas ujung tombak! Terlalu berbahaya. Ia mendengar suara orang-orang berlarian di belakangnya. Ia tahu bahwa itu adalah para jagoan dan perajurit. la lalu berteriak.

"Maling jahat, hendak lari ke mana kau?"

Ketika para pengejar tiba di bawah pagar tembok, mereka melihat gadis itu memegang pedangnya yang hitam dan mengacung-acungkan ke atas pagar tembok.

"Di mana malingnya?" tanya mereka

"Ah, sungguh luar biasa. Dia pandai terbang ke atas pagar tembok dan hinggap di atas ujung tombak-tombak itu, Terpaksa aku hanya dapat mengejar sampai di sini." Kata Puspa Dewi.

Para jagoan dan para perajurit sibuk membicarakan "maling" yang pandai menghilang dan pandai terbang itu. Tujuh orang jagoan bersama Puspa Dewi lalu menghadap Pangeran Hendratama yang bersembunyi di dalam kamar rahasia. Pangeran ini memang merasa jerih pada Nurseta, maka dia merasa lebih aman untuk bersembunyi dan mengharapkan tujuh orang jagoannya ditambah Puspa Dewi dan pasukan pengawalnya akan mampu menangkap atau membunuh pemuda sakti mandraguna itu.

"Bagaimana hasilnya? Apakah dapat ditangkap atau dibunuh?" Pangeran Hendratama bertanya kepada Lembara ketika mereka semua menghadapnya. Dengan muka kemerahan karena merasa malu Lembara melaporkan.

"Harap paduka memaafkan kami, Gusti Pangeran. Kami telah mengepung maling itu, akan tetapi dia itu sangat sakti mandraguna, pandai menghilang dan terbang ....."

"Omong kosong! Mana ada manusia pandai menghilang dan terbang? Laporkan yang benar!" bentak Pangeran Hendratama dengan alis berkerut karena kecewa mendengar laporan itu dan tidak melihat Nurseta tertawan atau terbunuh.

"Hamba tidak berbohong, gusti. Maling itu telah kami kepung dan keroyok, tiga puluh orang mengeroyoknya. Akan tetapi tiba-tiba dia menghilang dan kami dirobohkan oleh tangan yang tidak tampak. baru setelah Puteri Puspa Dewi datang, pekik saktinya dapat membuyarkan ilmu maling itu sehingga dia tampak. Akan tetapi dia melarikan diri dikejar oleh puteri Puspa Dewi. Akan tetapi dia terbang ke atas pagar tembok, hinggap diatas ujung tombak yang berada di atas pagar tembok lalu melarikan diri keluar."

Diam-diam Pangeran Hendratama terkejut. Memang dia sudah mendengar dari para selirnya bahwa pemuda itu sakti, akan tetapi dia tidak menyangka bahwa Nurseta demikian sakti mandraguna sehingga dikeroyok tiga puluh orang lebih termasuk tujuh orang jagoannya dibantu pula oleh Puspa Dewi, masih dapat meloloskan diri. Dia menjadi semakin gentar dan merasa sangat terancam keselamatannya selama pemuda itu belum ditangkap atau dibunuh.

"Benarkah apa yang diceritakan Lembara itu, Puspa Dewi?" tanyanya kepada Puspa Dewi.

"Benar, Paman Pangeran. Maling ini memang memiliki ilmu kepandaian tinggi sekali sehingga sayapun tidak berhasil menangkapnya." kata Puspa Dewi. "Karena itu, tidak ada gunanya lagi saya berada di sini. Harap paman mencari bantuan orang-orang lain yang lebih pandai agar keselamatan paman terjamin."

Pangeran Hendratama menghela panjang dan tampak gelisah.
"Kalau andika sendiri dibantu semua pengawalku tidak dapat menandingi maling itu, lalu siapa lagi yang dapat kumintai bantuan?"

Puspa Dewi memandang pangeran itu dengan sinar mata tajam menyelidik, lalu bertanya, "Paman Pangeran, kalau saya boleh bertanya, siapakah gerangan maling sakti itu dan mengapa pula dia datang mencari paman?"

Karena Puspa Dewi adalah utusan dan orang kepercayaan Puteri Mandari, apalagi dara itu adalah puteri angkat Raja Wura-wuri, tentu saja dia percaya kepadanya sebagai sekutu yang memusuhi Sang Prabu Erlangga. Akan tetapi dia tidak mau menceritakan tentang Sang Megatantra yang berada padanya, hal ini masih dia rahasiakan karena belum waktunya diberitahukan orang lain. Kelak dia dapat mempergunakan Sang Megatantra sebagai alasan kuat yang mengesahkan dia untuk menjadi Raja Kahuripan kalau saatnya untuk itu tiba.

"Maling itu bernama Nurseta, seorang maling yang licik dan sakti."

"Akan tetapi, kenapa dia malam malam datang dan mencari paman? Apa yang dikehendakinya?" Puspa Dewi mengejar.

"Dia datang untuk membunuhku." kata Pangeran Hendratama singkat.

"Eh? Akan tetapi, kenapa?" desak Puspa Dewi yang maklum bahwa Nurseta mencari pangeran itu bukan untuk membunuhnya, melainkan untuk merampas kembali Sang Megatantra.

Mendengar pertanyaan itu, Pangeran Hendratama termenung sejenak lalu menjawab. "Ceritanya panjang dan biarlah kalian semua mengetahui persoalannya agar tidak bertanya-tanya. Kalian tau bahwa aku adalah penggemar pusaka. Aku mengumpulkan banyak pusaka. Banyak sudah harta kekayaan kuhamburkan untuk membeli pusaka-pusaka itu dengan harga mahal. Beberapa bulan yang lalu, secara kebetulan sekali aku membeli sebuah pusaka yang dibawa seorang kakek pengemis. Aku terkejut dan girang melihat bahwa pusaka itu adalah Sang Megatantra, keris pusaka Mataram yang hilang puluhan tahun yang lalu. Kakek pengemis itu menemukan pusaka itu di dekat pantai Laut Selatan dan dia tidak tahu bahwa itu adalah keris pusaka Sang Megatantra milik Mataram yang tak ternilai harganya. Aku segera membelinya dengan harga yang murah."

"Menarik sekali, paman. Lalu bagaimana?" desak Puspa Dewi ketika pangeran itu berhenti bercerita dan seperti orang berpikir. Apalagi yang akan dikarangnya, pikir Puspa Dewi.

"Sialnya, agaknya kakek pengemis itu menceritakan penjualan keris pusaka itu kepada seorang maling, yaitu Nurseta. Pada suatu malam, dia mencuri Sang Megatantra dan sebagai gantinya, dia meninggalkan sebatang keris Megatantra palsu."

"Bagaimana paman tahu bahwa pencuri itu adalah orang yang bernama Nurseta itu?" Puspa Dewi mengejar.

"Tiga orang selirku sempat memergoki dan dia mengakui namanya. Tiga orang selirku lalu menyerangnya untuk merampas kembali keris pusaka, akan tetapi mereka bertiga kalah dan maling itu membawa lari Sang Megatantra."

"Akan tetapi kenapa sekarang dia yang mencari paman dan hendak membunuh paman? Bukankah itu terbalik Semestinya paman yang mencari dia untuk merampas kembali keris pusaka itu!"

"Mengapa dia ingin membunuhku Mudah saja diduga! Karena aku mengetahui rahasianya bahwa dia memiliki Sang Megatantra yang menjadi hak milik Kerajaan Kahuripan, maka dia ingin membunuhku agar jangan ada orang yang tahu bahwa dia memiliki pusaka itu, Jelas, bukan?"

Kini wajah Pangeran Hendratama berseri. Hatinya memang merasa girang karena kini dia mendapatkan cara untuk menjatuhkan Nurseta yang ditakutinya itu. Ceritanya tadi yang mendatangkan akal yang dianggapnya amat baik itu. Puspa Dewi tentu saja lebih percaya kepada Nurseta. la tahu bahwa pangeran itu mengarang cerita dan sengaja memutar balikkan kenyataan! Dia yang mencuri menjadi pemilik yang sah, sedangkan Nurseta yang kehilangan pusaka malah dicap sebagai pencurinya. Siasat apakah yang akan dilakukan pangeran ini? Ia tidak dapat menduga apa yang akan dilakukannya.

"Gusti Pangeran, kalau paduka menyetujui dan mengijinkan, hamba dapat mengajukan permohonan bantuan kepada Sri Ratu Kerajaan Siluman Laut Kidul." kata Lembara yang selain merasa gentar terhadap Nurseta dan ingin mendapatkan kawan yang dapat diandalkan, juga dia ingin membuat jasa.

"Sri Ratu Kerajaan Siluman Laut Kidul? Kaumaksudkan Ratu Mayang Gupita, Lembara?"

"Kasinggihan (betul), gusti."

"Akan tetapi, Ratu Mayang Gupita adalah seorang tokoh yang aneh dan sukar dihubungi. Selain sukar minta bantuannya, juga salah-salah akan membuat ia marah dan kalau raseksi (raksasa wanita) itu marah, siapa berani tanggung?"

Nama Ratu Mayang Gupita memang terkenal sebagai seorang raksasa wanita yang berwatak keras dan kejam sekali.

"Harap paduka tidak khawatir tentang hal itu, gusti. Pertama, hamba pernah bekerja kepada Sri Ratu Mayang Gupita sebagai seorang perwira pasukan pengawal dan hamba mengundurkah diri dengan baik-baik sehingga hamba berani menghadap beliau dan hamba yakin akan diterima baik. Kedua, bukan rahasia lagi bahwa Ratu Mayang Gupita juga amat membenci dan memusuhi Sang Prabu Erlangga. Oleh karena itu, hamba yakin beliau akan suka membantu, atau setidaknya mengirim orang yang dapat diandalkan untuk memperkuat penjagaan di sini."

Wajah pangeran itu berseri gembira mendengar ini. "Baik sekali! Kalau begitu, cepat laksanakan usulmu itu dan sampaikan salam hormatku kepada Ratu Mayang Gupita. Nanti dulu, aku akan mengirimkan beberapa buah senjata pusaka untuk dihadiahkan kepada Sri Ratu!"

"Kalau begitu, saya mohon pamit, paman pangeran. Besok pagi-pagi saya akan kembali ke istana, melapor kepada Puteri Mandari."

"Baiklah, Puspa Dewi. Sampaikan terima kasihku kepada Puteri Mandari." Kemudian Pangeran Hendratama memerintahkan para jagoan lain untuk menambah jumlah perajurit sampai mendekati seratus orang untuk menjaga keamanan di situ karena Puspa Dewi dan Lembara akan
meninggalkan gedungnya.

Pagi-pagi sekali Puspa Dewi kembali ke istana, menyelinap melalui taman sari dan langsung ke keputren. Ia diterima Puteri Mandari di kamar selir itu dan Puspa Dewi menceritakan apa yang telah terjadi di gedung Pangeran Hendratama tanpa mengatakan bahwa ia telah mengenal Nurseta.

000000000000000oooooo000000000000000
◄◄◄◄ Kembali

No comments:

Post a Comment