Ads

Tuesday, October 16, 2012

Nurseta Satria Karangtirta Jilid 017

◄◄◄◄ Kembali

Kim Lan menghela napas untuk menenangkan hatinya, lalu ia berkata lirih. "Gusti Patih, saya sudah mendengar banyak tentang paduka dari kakak saya. Paduka telah mengobatinya dan menyelamatkan nyawanya ketika kakak saya terluka parah oleh guru sendiri. Kemudian tadi, kalau tidak ada Paduka yang menolong, kami kakak beradik tentu tewas dikeroyok banyak orang. Budi pertolongan Paduka yang menyelamatkan nyawa kami itu, sampai mati pun tidak mungkin dapat saya lupakan, maka saya... saya ingin menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Paduka, Gusti."

Walaupun ucapan gadis itu agak cadel dan gaya bahasanya juga kacau, namun Ki Patih Narotama dapat menangkap maksudnya. Dia pun melihat betapa sinar mata gadis itu menunjukkan bahwa ucapan terima kasih itu bukan basa-basi belaka, melainkan keluar dari hatinya.

Dia tersenyum. "Ah, Nona. Tidak perlu engkau berterima kasih kepadaku. Semua pertolongan datang dari Sang Hyang Widi, hanya melalui alat yang di pilih-Nya. Yang menolong kalian berdua adalah Sang Hyang Widi, kebetulan aku yang dipergunakan oleh-Nya sebagai alat-Nya. Bukankah engkau dan Ki Tejoranu juga dipergunakan oleh-Nya untuk menyelamatkan Nyi Lasmi? Mari kita bersama mengucap puji syukur kepada Sang Hyang Widi Wasa."

Mendengar ini, Kini Lan menjadi semakin kagum dan terharu sekali. Sungguh, belum pernah ia bertemu dengan seorang pria sehebat ini, sakti mandraguna, lembut berwibawa, dan bijaksana pula,

"Aduh, Gusti Patih Narotama. Paduka adalah seorang yang mulia sekali.” katanya dan suaranya bercampur isak tangis.

Ki Patih Narotama melirik heran melihat gadis itu menangis perlahan, akan tetapi dia diam saja.
Ki Tejoranu yang berada di belakang, berjalan di samping Lasmi, juga memandang ke arah adiknya dan diam-diam kakak ini dapat merasakan isi hati adiknya. Adiknya kagum kepada Ki Patih Narotama! Dia tidak merasa heran karena siapa yang tidak akan kagum kepada pria yang tampan dan gagah perkasa itu? Apalagi wanita! Akan tetapi yang membuat dia mengerutkan alisnya adalah dugaannya bahwa adiknya itu bukan sekedar kagum, melainkan jatuh cinta!

Ki Tejoranu mendengar Nyi Lasmi yang berjalan di sebelah kirinya menghela napas panjang. Dia menoleh dan memandang. Wanita itu pun memandang kepadanya lalu tersenyum dan Nyi Lasmi mengedipkan matanya sambil menudingkan telunjuknya kepada Kim Lan, lalu kepada Ki
Patih Narotama! Ki Tejoranu mengangguk. Nyi Lasmi mengetahui pula akan isi hati Kim Lan. Maklum, wanita itu sudah berusia tiga puluh tujuh tahun dan tentu lebih berpengalaman, apalagi ia seorang wanita, tentu lebih halus perasaannya dan dapat merasakan hati wanita lain.

Ketika memasuki sebuah dusun yang cukup besar, Ki Patih Narotama mengajak tiga orang itu singgah di rumah ki lurah. Dia disambut dengan penuh hormat dan ketika Ki Patih Narotama mengatakan bahwa dia membutuhkan tiga ekor kuda, lurah itu segera menyediakannya. Karena Nyi Lasmi tidak biasa menunggang kuda, maka Narotama hanya minta tiga ekor. Nyi Lasmi lalu berboncengan dengan Kim Lan. Perjalanan mereka lalu dilanjutkan dengan menunggang kuda sehingga selain lebih cepat juga tidak begitu melelahkan. Dusun ini sudah termasuk wilayah Kahuripan.

**** ****
◄◄◄◄ Kembali

No comments:

Post a Comment