Ads

Monday, November 12, 2012

Nurseta Satria Karangtirta Jilid 033

◄◄◄◄ Kembali

"Gayatri, Niken Harni, sekarang marilah kita makan minum dulu, baru nanti kita bicara! Diajeng Woro Sumarni, sekarang tidak periu lagi memanggil pelayan. Mereka hanya mengganggu saja. Biar tanganmu sendiri yang melayani aku dan tamu-tamu kita ini."

Woro Sumarni tersenyum dan menyentuh pundak Nini Bumigarbo.
"Mbakayu Gayatri, aku sungguh merasa girang sekali bahwa engkau masih ingat kepada kami dan suka dating berkunjung. Terima kasih, Mbakayu, terima kasih. Ternyata kunjunganrnu mendatangkan berkah dan kami berdua merasa mendapatkan hidup baru yang cerah."

"Benar kata isteriku, Gayatri. Kini tidak ada lagi penghalang di antara cinta kami berdua. Semua halangan itu merupakan masa lalu yang sudah kami lupakan semua."

Gayatri tersenyum, akan tetapi senyumnya masam. "Aku tetap saja tidak percaya kepada laki-laki. Semua omongan laki-laki terhadap wanita itu gombal belaka, merayu dan mengambil hati, akan tetapi sebetulnya palsu!"

"Akan tetapi suamiku tidak, Mbakayu.....”

"Ah, sudahlah. Aku tidak mau bicara lagi tentang kepalsuan laki-laki. Hayo kita makan setelah itu baru kita bicara tentang kesanggupan Dibya Krendasaktil"

Mereka lalu makan minum dan Niken Harni melihat betapa Woro Surnarni benar-benar tampak gembira dan bahagia, melayani suaminya dengan sikap lembut dan mesra. Juga wajah Dibya Krendasakti tampak bahagia, terlihat dari sinar matanya yang terang, tidak seperti tadi yang suram mengandung kekerasan. Sehabis makan, Nini Bumigarbo segera mengajak Dibya Krendasakti bicara.

"Aku akan memegang teguh janjiku, Gayatri. Aku sudah kalah dan aku telah pula memenuhi permintaan Niken Harni, yaitu memberi kebebasan kepada isteriku. Sekarang, kita bicara tentang permintaanmu agar aku mencuri pusaka Kahuripan, yaitu Cupu Manik Maya."

"Memang seharusnya begitu, Dibya. Lebih dulu perlu engkau ketahui tentang bangunan istana dan di mana pusaka yang kumaksudkan itu di simpan. Nah, dengarkan baik-baik, akan kugambarkan keadaan istana Kahnripan." Nini Bumigarbo lalu memberi penjelasan tentang keadaan Istana Kahnripan, dari mana Dibya Krendasakti dapat masuk tanpa banyak halangan dan di mana pula letaknya Gedung Pusaka. Setelah Nini Bumigarbo selesai memberi keterangan, Ki Dibya Krendasakti mengangguk-angguk.

"Aku sudah paham, Gayatri dan percayalah, aku pasti akan berhasil mencuri pusaka Cupu Manik Maya itu dari Gedung Pusaka Istana Kahuripan. Akan tetapi sebelum aku pergi memenuhi permintaanmu, aku masih merasa penasaran, Gayatri. Engkau memiliki ilmu kepandaian yang lebih tinggi daripada aku. Kalau engkau turun tangan sendiri mengambil pusaka itu, tentu akan dapat kau lakukan dengan mudah. Akan tetapi mengapa engkau malah minta bantuan kepadaku?"

"Seperti telah kukatakan tadi, aku tidak bisa turun tangan sendiri karena aku sudah berjanji untuk tidak mengganggu Erlangga dan Narotama dengan tanganku sendiri. Aku sudah berjanji kepada.... Bhagawan Ekadenta yang melindungi raja dan patihnya itu. Nah, sudah jangan banyak bertanya lagi. Kapan engkau akan berangkat melaksanakan pengambilan pusaka seperti yang sudah kau janjikan itu?"

"Hari ini juga aku berangkat, Gayatri!"

"Kakangmas Dibya, aku ikut. Aku akan membantumu!" kata Woro Surnarni. "Aku dapat membelamu kalau engkau terancam bahaya, Kakangmas. Aku mendengar bahwa Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih Narotama adalah orang yang sakti mandraguna. Aku khawatir engkau akan mengalami bencana. "

"Hiah ha ha, Waduh, sikapmu ini membuat aku merasa bahagia sekali, Diajeng! Ternyata engkau memang amat mencintaku, siap membelaku. Terima kasih, Diajeng Woro Surnarni, aku berjanji, mulai saat ini, aku akan lebih mencintamu dengan seluruh jiwa ragaku! Akan tetapi, jangan khawatir. Mencuri pusaka dari Gedung Pusaka Istana Kahuripan hanya merupakan permainan kanak-kanak bagiku!"

"Dibya Krendasakti, seperti yang telah kukatakan kepadamu, setelah engkau berhasil mencuri Cupu Manik Maya, benda pusaka itu boleh kau miliki. Aku tidak membutuhkannya. Tentu saja engkau harus menjaganya sendiri dan menghadapi segala akibatnya."

"Ha-ha-ha, tentu saja, Gayatri."

"Nah, sekarang aku dan Niken akan meninggalkan Nusa Barung, tolong kau sediakan perahu penyeberangan ke daratan."

Dibya Krendasakti memberi perintah kepada anak buahnya. Nini Bumigarbo dan Niken Harni lalu berpamit kepada suami isteri itu, dan tak lama kemudian mereka berdua sudah duduk dalam sebuah perahu yang didayung oleh dua orang anak buah Nusa Barung dengan cepat.

00000oooooo00000
Lanjut ke Jilid 034 ►►►►
◄◄◄◄ Kembali

No comments:

Post a Comment