Ads

Saturday, April 20, 2013

Sepasang Garuda Putih Jilid 002

**** BACK ****

Setelah rnerobohkan duapuluh lebih orang itu, lima orang perampok itu lalu memasuki rumah sambil tertawa-tawa. Mereka memilih barang-barang yang berharga dari rumah itu dan tak lama kemudian mereka sudah keluar lagi membawa barang-barang rampasan mereka. Akan tetapi si kumis melintang tidak membawa barang melainkan memanggul tubuh seorang gadis remaja yang meronta-ronta dan menjerit-jerit.

Agaknya bagi telinga si kumis melintang, jerit tangis itu terdengar seperti suara nyanyian merdu. Makin hebat gadis itu meronta dan menangis, makin senang pula hatinya. Sambil tertawa-tawa lima orang itu lalu keluar dari dusun dan memasuki hutan di dekat dusun itu. Orang-orang dusun yang sudah terpukul roboh itu tidak berani mengejar dan Ki Wirodemung bersama isterinya hanya dapat menangisi puteri mereka yang dibawa pergi para perampok.

Sementara itu, Bagus Seto dan Retno Wilis masih duduk sambil makan daging dawegan yang manis dan gurih. Tiba-tiba mereka mendengar jerit tangis yang datangnya dari dalam hutan. Retno Wilis segera melepaskan dawegannya dan bangkit berdiri.

"Ada yang perlu ditolong, kakang," katanya sambil melompat ke dalam hutan.

Bagus Seto juga bangkit dengan tenang dan mengejar adiknya sambil berkata,
"Tenanglah, Retno dan ingat, jangan membunuh orang!"

Kakak beradik ini berlompatan dan lari mempergunakan ilmu mereka sehingga gerakan lari mereka seperti terbang cepatnya. Retno Wilis berada di depan dan ketika ia tiba di tengah hutan, matanya mencorong dan alisnya berkerut melihat seorang laki-laki berkumis melintang bertubuh tinggi besar sedang duduk di bawah pohon memangku seorang gadis remaja yang meronta-ronta dan menjerit-jerit.

"Jahanam busuk!" Retno Wilis memaki dengan suara melengking tajam. "Hayo lepaskan gadis itu!"

Si Kumis melintang terkejut dan mengangkat mukanya. Ketika melihat Retno Wilis yang demikian cantik jelita, matanya terbelalak dan mulutnya mengeluarkan suara tertawa bergelak,

"Waduh, cantiknya! Engkau malah lebih cantik dari pada gadis ini! Baik, aku lepaskan gadis dusun ini akan tetapi engkau sebagai gantinya harus duduk di atas pangkuanku ini!"

Retno Wilis yang mendengar ucapan kurang ajar itu sudah melompat dekat dan tangan kirinya menampar ke arah kepala si kumis melintang. Orang itu menangkis dengan tangan kanan sambil siap mencengkeram tangan Retno Wilis.

"Dess ... !" Ketika lengannya menangkis dan bertemu dengan lengan Retno Wilis tubuhnya terguncang dan diapun terpelanting. Gadis dusun itu terlepas dari pangkuannya dan ikut terpelanting. Gadis itu lalu bangkit berdiri dan mundur menjauhi si kumis melintang.

"Babo-babo keparat!" teriak si kumis melintang-sambil bangkit berdiri dan menghadapi Retno Wilis. "Berani andika memukulku?" Mendengar teriakannya, empat orang kawannya yang duduk tidak jauh dari situ sudah berlarian datang dan mereka mengepung Retno Wilis.

"Wah, ia cantik sekali, cantik manis!"

"Seperti dewi dari kahyangan!"

"Tangkap ia hidup-hidup!" bentak si kumis melintang dengan penasaran dan marah. Ia sendiri lalu menubruk maju sambil membentangkan kedua lengannya untuk merangkul gadis berpakaian putih itu. Empat orang kawannya juga menubruk maju.

Retno Wilis tidak sudi membiarkan dirinya tersentuh tangan-tangan kasar itu, ia membuat gerakan tendangan melingkar dengan kecepatan luar biasa.

"Duk-duk-duk-duk-duk!" Lima orang itu terpelanting, masing-masing terkena sebuah tendangan.

Mereka merangkak bangun dengan penasaran dan tidak percaya bahwa gadis itu mampu merobohkan mereka hanya dalam segebrakan saja.

"Tangkap dia!" si kumis melintang kembali berteriak. Ingin sekali ia menguasai gadis cantik jelita yang pandai berkelahi ini. Kembali dia bersama empat orang kawannya menerjang maju, akan tetapi sekali ini Retno Wilis menyambut mereka dengan tamparan, menggunakan kedua tangannya.

Terdengar teriakan beruntun lima kali dan lima orang perampok itu roboh dengan tubuh terputar. Mereka merasakan bumi bergoyang dan sekali ini mereka tidak segera dapat bangun. Mereka merangkak dan setelah dapat bangun si kumis melintang sudah mencabut goloknya, diikuti oleh empat orang kawannya.

"Bunuh perempuan ini!" komandonya dan mereka berlima sudah menerjang ke depan, golok mereka menyambar-nyambar dari segala jurusan.

Akan tetapi golok mereka hanya menyambar tempat kosong karena gadis berpakaian putih itu telah lenyap dari kepungan mereka! Ketika mereka membalikkan tubuh ternyata gadis itu telah berdiri di sana dan sebelum mereka sempat gerak, Retno Wilis kembali sudah menggerakkan kedua tangannya membagi-bagi tamparan.

"Des-des-des-des-des!" Lima kali beruntun mereka terkena tamparan, sekali ini lebih kuat dari tadi, membuat mereka melepaskan golok dan tubuh mereka berputar-putar lalu roboh, mengaduh-aduh dan sukar untuk bangkit kembali. Si kumis melintang mencoba untuk bangkit dengan cepat, namun begitu dia bangkit, dia terjatuh lagi karena sekelilingnya berputar.

"Kalian masih belum menyerah? Bangkitlah, aku tunggu!" tantang Retno Wilis.

Si kumis melintang dan empat orang kawannya kini sadar betul bahwa mereka berhadapan dengan seorang gadis yang sakti, maka mereka menjadi gentar dan setelah mampu bangkit, mereka merangkak dan berlutut menghadap Retno Wilis.

"Ampun, kami tidak berani melawan lagi, kanjeng dewi ... " kata si kumis melintang, menduga bahwa ia berhadapan dengan seorang dewi dari kahyangan yang sakti.

"Apakah kalian sudah sadar akan kejahatan kalian dan kini bertaubat?"

"Kami sadar dan kami menyesal, kami bertaubat, kanjeng dewi ... "

"Bagus, kalau kalian bertaubat, katakan apa saja yang kalian lakukan tadi dan darimana gadis ini kalian bawa?"

"Kami baru saja merampok di rumah Ki Wirodemung di dusun sebelah utara hutan ini dan gadis itu adalah puterinya ... ampunkan kami!"

"Sekarang, antarkan kembali gadis itu dan kembalikan barang rampokan. Mintalah maaf kepada orang-orang dusun itu. Hayo jalan!" Retno Wilis lalu menggiring para perampok itu sambil menghibur gadis yang masih ketakutan kembali ke rumah orang tuanya.

Di depan orang-orang dusun, Lima Macan Suro itu minta maaf kepada Ki Wirodemung dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatan mereka. Bagus Seto kini juga mendampingi Retno Wilis dan pemuda itu menjadi gembira melihat sepak terjang adiknya. Dulu, tidak mungkin Retno Wilis mau mengampuni mereka dan lima orang itu tentu sudah dibunuhnya!

Ki Wirodemung dan para penduduk dusun menghaturkan terima kasih kepada Retno Wilis dan Bagus Seto. Akan tetapi kedua orang kakak beradik ini tidak lama berada di dusun itu. Mereka lalu mengajak Lima Macan Suro itu ke dalam hutan lagi dan di sini Retno Wilis mengancam kepada mereka.

"Mulai sekarang kalian harus mengubah jalan hidup kalian, jangan lagi merampok, jangan mengganggu penduduk dusun yang sudah hidup serba kekurangan itu."

"Kami sudah bertaubat," kata si kumis melintang ...

"Kalau kalian masih melakukan perbuatan jahat lagi, lain waktu aku akan datang ke sini dan tidak akan memberi ampun lagi kepada kalian. Sudah, pergilah dan pergunakan kekuatan tubuh kalian untuk bekerja!"

Lima orang perampok itu memberi hormat kepada Retno Wilis, kemudian mereka pergi dengan kepala menunduk. Mereka merasa ngeri mendengar ancaman gadis yang sakti itu. Setelah lima orang perampok itu pergi, Retno Wilis bertanya kepada kakaknya.

"Kakang Bagus Seto, Bagaimana pendapatmu dengan tindakanku tadi? Sudah benarkah?"

Bagus Seto mengangguk-angguk dan tersenyum.
"Baik sekali, Retno. Memang demikianlah yang harus kaulakukan, mengalahkan yang jahat dan berusaha membujuk mereka agar mengubah jalan hidup mereka yang sesat. Walaupun sedikit sekali kemungkinan para penjahat itu benar-benar menjadi sadar kembali dan berubah menjadi orang baik, namun engkau telah melaksanakan kewajibanmu dengan baik dan itu sudah cukup."

Kakak beradik ini melanjutkan perjalanan mereka, menyusuri sepanjang pantai Laut Selatan. Memang mengherankan sekali keadaan kakak beradik ini. Mereka adalah putera dan puteri Ki Patih Tejolaksono, patih Panjalu yang amat terkenal, sakti mandraguna dan berkedudukan tinggi di Kerajaan Panjalu. Kenapa mereka tidak berdiam bersama ayah mereka dan hidup mulia di Kepatihan Panjalu? Banyak sebab yang membuat kedua orang muda kakak beradik ini sekarang lelana-brata, meluaskan pengalaman dan pengetahuan dengan jalan merantau (baca kisah Perawan Lembah Wilis dan Badai Laut Selatan).

Bagus Seto adalah seorang pemuda yang sejak kecil digembleng oleh orang-orang maha sakti dan dia menjadi seorang pemuda yang seolah-olah telah menjauhkan diri dari keramaian dan kesenangan dunia sehingga dia tidak tertarik kemuliaan dan kemewahan duniawi. Adapun adiknya, Retno Wilis, yang digembleng oleh seorang sakti yang tersesat, pernah menjadi seorang gadis perkasa yang berwatak keras sebagai besi dan tidak pernah mengenal ampun kepada musuhnya, dapat bertindak kejam, seperti golongan sesat. Bukan saja pelajaran kesaktian yang diwarisinya dari Nini Bumigarbo, melainkan juga wataknya yang kejam dan ganas. Setelah bertemu dengan kakak tirinya, Bagus Seto, maka dara ini menjadi sadar dan selanjutnya ia tidak mau tinggal di Kepatihan, melainkan hendak ikut kakaknya mengembara untuk digembleng menjadi orang yang baik. Watak Retno Wilis ini sebagian diwarisinya dari ibunya, Endang Patibroto yang juga terkenal sebagai seorang wanita perkasa yang keras hati. (Baca Badai Laut Selatan).

Demikianlah, Bagus Seto dan Retno Wilis melanjutkan perjalanan mereka menuju ke timur menyusuri sepanjang pantai Laut Kidul.

**** 002 ****

*** Sepasang Garuda Putih Jilid 003
**** BACK ****

No comments:

Post a Comment