Ads

Friday, May 10, 2013

Sepasang Garuda Putih Jilid 028

**** BACK ****

Mendengar lengking nyaring ini, si jenggot kambing terkejut bukan main dan saking kagetnya, gerakannya menjadi lambat dan sebelum dia tahu apa yang terjadi, tiba-tiba Sarmini meloncat dan kedua kakinya mendarat di dadanya!

"Bresss ... !!" Si jenggot kambing terjengkang dan terbanting keras ke atas tanah. Sebelum Sarmini dapat menyusulkan serangan lanjutan, dia sudah mencabut goloknya dan memutar golok itu melindungi tubuhnya. Sarmini meloncat ke belakang.

"Pengecut! Kau menggunakan senjata!"

Si jenggot kambing itu bangkit berdiri,dengan muka merah dan dia berkata,

"Aku memang terdesak dalam pertandingan dengan tangan kosong. Akan tetapi bukan berarti bahwa aku telah kalah. Aku tantang padamu untuk bertanding dengan senjata!"

Ucapannya dikeluarkan dengan suara lantang untuk menutupi rasa malunya karena dalam pertandingan tangan kosong tadi jelas bahwa dia sudah kalah. Sarmini tersenyum manis.

"Engkau yang menentukan, kalau nanti engkau mampus di ujung kerisku jangan menyalahkan aku!" katanya sambil mencabut sebatang keris dari ikat pinggangnya.

Keris itu kecil saja, hanya dua jengkal panjangnya dan tidak berluk, namun ada sinar mencuat keluar ketika ia mencabutnya. Setelah melihat gadis itu mancabut kerisnya, si jenggot kambing tidak berlagak lagi seperti tadi, melainkan segera memutar goloknya di atas kepala sehingga golok itu berubah menjadi sinar bergulung-gulung dan mengeluarkan suara bercuitan. Melihat ini, Retno Wilis mengkhawatirkan Sarmini, akan tetapi Bagus Seto yang berdiri di dekatnya berbisik,

"Ia tidak akan kalah."

Si jenggot kambing sudah menyerang dengan sambaran goloknya ke arah leher Sarmini. Namun gadis ini dengan lincah dan dengan gerakan indah mengelak dengan loncatan ke kiri dan dari situ ia membalas dengan tusukan kerisnya ke lambung lawan. Lawannya dapat mengelak sambil memutar golok melindungi lambungnya, kemudian menusukkan goloknya ke arah dada Sarmini. Namun serangan inipun dengan mudah dapat dihindarkan Sarmini dengan miringkan tubuhnya. Terjadilah serang menyerang yang lebih ramai dan menegangkan dari pada pertandingan tangan kosong tadi. Kini si jenggot kambing tidak lagi membiarkan hatinya terpikat kecantikan gadis itu, melainkan dia berusaha keras untuk menebus kekalahannya. Kalau perlu melukai atau bahkan membunuh lawannya. Setiap kali golok bertemu keris, terdengar suara berdencing nyaring dan tampak bunga api berpijar menyilaukan mata dan menegangkan hati.

Kembali tigapuluh jurus telah lewat dan belum ada yang tampak mendesak atau terdesak. Ketika golok itu kembali meluncur dan membacoknya dari atas ke bawah, ke arah kepalanya, seolah hendak membelah tubuh gadis itu menjadi dua, dengan indahnya Sarmini mengelak kekanan dan kini secepat kilat kerisnya menyambar ke arah tangan yang memegang golok.

"Lepaskan ... !" bentaknya nyaring dan si jenggot kambing mengeluarkan teriakan mengaduh dan goloknya terlepas dari tangannya yang kini sudah berdarah, terluka oleh tusukan keris Sarmini.

Sarmini menyusulkan tendangannya yang mengenai dada lawan dan tak dapat dihindarkan lagi tubuh si jenggot kambing itu untuk ke dua kalinya terjengkang! Dia merangkak bangun, terhuyung dan kembali ke rombongannya, wajahnya merah karena malu. Sarmini menggunakan kakinya untuk menendang golok yang terjatuh itu sehingga golok itu mencelat ke dekat kaki pemilik yang memungutnya dengan muka ditundukkan.

Tepuk sorak menyambut kemenangan Sarmini itu dan semua anak buah Jambuko Cemeng merasa girang dengan kemenangan puteri ketua mereka. Kini Saroji melangkah maju menggantikan adiknya. Sambil tersenyum dia menantang.

"Siapa yang akan melawan aku?"

Sementara itu, Sarmini sudah kembali ke dekat ayahnya. Ia mendekati Bagus Seto dan Retno Wilis, tersenyum bangga.

"Waduh, diajeng, ternyata engkau seorang gadis yang sakti!" Retno Wilis memuji.

"Ah, lawanku itu saja yang hanya besar mulut akan tetapi tidak berisi." jawab Sarmini sambil mengerling ke arah Bagus Seto. Karena beberapa kali dilirik, Bagus Seto merasa tidak enak kalau berdiam saja.

"Andika memang hebat, dapat mengalahkan seorang yang digdaya seperti dia."

Dipuji demikian, Sarmini tersipu dan senyumnya semakin manis. Ia lalu mendekati ayahnya yang merasa girang dan merangkul puterinya dengan bangga. Agaknya kini baru terbuka mata lima orang dari perkumpulan bajak Bala Cucut itu betapa hebatnya kepandaian pimpinan Jambuko Cemeng. Melihat kehebatan gadis yang telah mengalahkan saudara termudanya, pimpinan Lima Naga itu tidak mau bertindak gegabah. Dia dapat menduga bahwa tingkat kepandaian pemuda itu tentu lebih tinggi dari pada tingkat adiknya. Oleh karena itu, dia sendiri yang melangkah maju menghadapi Saroji.

"Akulah yang akan menghadapimu, orang muda. Aku tantang engkau untuk bertanding dengan senjata!" Dia memutar-mutar goloknya di atas kepala sehingga mengeluarkan bunyi berdesing-desing menyeramkan.

"Baik,” kata Saroji dan dia menoleh kepada ayahnya.

Ki Haryosakti tertawa dan dia melemparkan tombak yang dipegangnya kepada puteranya sambil berseru,

"Pergunakan tombakku!"

Saroji menerima lontaran tombak itu dengan cekatan dan dia melintangkan tombak itu di depan dadanya dan berseru,

"Silakan maju, aku sudah siap!"

Si mata lebar juga tidak sungkan lagi. Begitu melihat pemuda itu menggunakan tombak yang dilontarkan ayahnya, dia lalu menerjang maju sambil memutar goloknya. Pemuda itu menangkis dengan tombaknya.

"Trang-cring-tranggg ... !!" Terdengar bunyi nyaring berdenting berulang kali disusul muncratnya bunga api yang berpijar.

Mereka merasa betapa senjata mereka bertemu dengan tenaga yang kuat. Mereka menarik kembali senjata masing-masing untuk memeriksa. Setelah melihat bahwa senjata mereka tidak rusak, mereka lalu saling serang lagi dengan hebatnya. Ilmu kepandaian si mata lebar ini memang setingkat lebih tinggi dari pada kepandaian rekan-rekannya, akan tetapi Saroji juga telah memiliki ilmu kepandaian tinggi yang diwarisi dari ayahnya. Kedua orang yang bertanding mati-matian itu bergerak cepat sekali sehingga tubuh mereka berkelebatan di antara sinar golok dan tombak.

Retno Wilis memandang kagum. Pemuda itu cukup tangguh, pikirnya dan ia dapat menduga bahwa bajak bermata lebar itu tentu akan kalah. Pertandingan sudah berlangsung limapuluh jurus dan mulai tampak tanda-tanda bahwa bajak itu mulai terdesak mundur dan pernapasannya sudah ngos-ngosan. Sebaliknya, gerakan tombak Saroji semakin mantap. Ketika mendapat kesempatan baik, Saroji mengeluarkan bentakan nyaring. Bentakan ini sama dengan bentakan adiknya tadi, mengandung wibawa dan pengaruh kuat sehingga Retno Wilis dan Bagus Seto tahu bahwa dua orang kakak beradik itu sudah menerima latihan kekuatan bathin dari ayahnya.

Si mata lebar juga terkejut. Dia tahu bahwa lawannya yang muda mengerahkan aji lewat bentakannya. Dia mengerahkan tenaga untuk menolak, akan tetapi kekagetannya yang hanya sejenak itu merugikannya. Kesempatan selagi dia terkejut tadi sudah dipergunakan oleh Saroji untuk menggerakkan tombaknya menyapu kedua kaki lawan. Si mata lebar tidak mampu mengelak dan kedua kakinya kena diserampang, membuat dia roboh terpelanting dan pada saat dia roboh, Saroji sudah menusukkan ujung tombaknya pada tangan kanannya yang memegang golok. Tangannya terluka dan golok itupun terlepas dari pegangannya. Dia hendak melompat bangun, akan tetapi secepat kilat ujung tombak sudah menodong dadanya sehingga terpaksa dia diam tidak berani bergerak.

"Engkau telah kalah!" kata Saroji kepada pemimpin Lima Naga itu.

Si mata lebar menjadi pucat mukanya, lalu berubah merah dan dengan suara berat dia mengakui.
"Aku sudah kalah!"

Saroji menarik kembali tombaknya dan tersenyum sambil mundur mendekati ayahnya dan mengembalikan tombak itu. Bagus Seto merasa senang melihat sikap Sarmini dan Saroji. Dua orang muda ini berhati baik, tidak kejam terhadap musuh sehingga tidak membunuh atau melukai berat. Dua sifat baik ini dia catat dalam hatinya.

"Bagus ilmu tombaknya," Retno Wilis juga memuji dan Bagus Seto melirik ke arah adiknya yang memandang ke arah pemuda itu dengan kagum.

"Wataknya juga baik," kata Bagus Seto sambil tersenyum.

Kini Ki Haryosakti melangkah maju membawa tombaknya.
"Dua orang di antara kalian berlima sudah kalah. Sekarang tinggal tiga orang lagi di antara kalian. Kalian bertiga boleh maju kalau masih penasaran, dan kalian bertiga boleh maju bersama untuk mengeroyok aku! Dua orang yang sudah kalah, kalau tidak mengenal malu, boleh maju pula membantu!"

Tantangan ini hebat. Lima Naga itu jelas memiliki ilmu kepandaian tinggi dan biarpun mereka tidak akan menang melawan Ki Haryosakti kalau maju satu-satu, akan tetapi ketua Jambuko Cemeng ini menantang mereka bertiga, bahkan berlima!"

Akan tetapi ucapannya membuat si mata lebar dan si jenggot kambing merasa malu untuk maju lagi karena mereka memang sudah kalah. Kini tiga orang dari mereka melompat maju sambil menggerakkan golok, dan mereka merasa berbesar hati. Biarpun kedua orang rekan mereka sudah kalah, mereka bertiga belum kalah. Dan biarpun kini yang dihadapi adalah ketua Jambuko Cemeng sendiri yang tentu lebih tinggi tingkat kepandaiannya, namun mereka maju bertiga. Tidak mungkin mereka bertiga kalah oleh seorang lawan saja!

"Kakang, mengapa dia begitu berani?” bisik Retno Wilis kepada kakaknya sambil memandang kepada tiga orang yang sudah berhadapan dengan Ki Haryosakti.

Bagus Seto tersenyum.
"Dia sudah melihat tingkat kepandaian mereka, tentu saja dia menjadi berani karena sebelumnya sudah tahu bahwa dia akan menang."

Kini berlangsunglah pertandingan yang mendebarkan hati. Ki Haryosakti melawan tiga orang pengeroyok yang mempergunakan golok mereka. Dan tiga orang itu tidak hanya main-main, melainkan mengeroyok dengan niat membunuh. Golok mereka menyambar-nyambar bagaikan kilat dari segala jurusan. Akan tetapi Ki Haryosakti ternyata memiliki ilmu tombak yang amat hebat. Gerakannya sama dengan yang dimainkan Saroji tadi, akan tetapi lebih cepat dan jauh lebih kuat dari pada tadi. Kini, setiap kali golok lawan bertemu dengan tombak, golok itu pasti terpental dan hampir terlepas dari pegangan pemiliknya. Perkelahian itu seperti tiga ekor anjing mengeroyok seekor harimau. Tak pernah tiga orang pengeroyok itu mampu mendesak Ki Haryosakti.

Bagus Seto dan Retno Wilis memandang kagum. Mereka berdua maklum bahwa Ketua Jambuko Cemeng itu memang benar-benar amat tangguh. Kedigdayaan ini masih ditambah lagi dengan kekuatan ilmu sihirnya yang dapat menguasai orang lain melalui bentakan.

"Perkelahian itu tidak akan lama." pikir Retno Wilis.

Dan memang demikianlah belum sampai tigapuluh jurus, Ki Haryosakti berseru tiga kali, sinar tombaknya menyambar-nyambar dan tiga orang itu terjengkang dan terkapar tewas dengan dada tertembus tomhak! Seperti tadi ketika Sarmini dan Saroji keluar sebagai pemenang, kini kemenangan Ki Haryosakti disambut sorak sorai para anggauta Jambuko Cemeng.

Dua orang di antara lima orang penyerbu yang sudah kalah tadi, memandang dengan muka pucat kepada tiga orang rekannya yang sudah tidak bernyawa. Ki Haryosakti tertawa dan berkata kepada mereka berdua yang bermuka pucat.

"Ha-ha-ha-ha! Kami sengaja membiarkan kalian berdua hidup untuk dapat membawa pergi tiga mayat ini dan melaporkan kekalahanmu kepada ketuamu. Kalau Ketua Bala Cucut tidak terima, dia boleh datang untuk mengantar nyawanya ke sini. Ha-ha-ha!"

Mendengar ucapan itu, si mata lebar dan si jenggot kambing cepat-cepat mengangkat tiga mayat rekan-rekan mereka dan segera pergi dari tempat itu. Mereka tidak dapat berkata apa-apa lagi dan mereka meninggalkan pintu gerbang perkampungan Jambuko Cemeng.

Ki Haryosakti memandang kepada Bagus Seto dan Retno Wilis lalu tertawa bangga,
"Bagaimana pendapat andika berdua dengan peristiwa tadi?"

Retno Wilis tidak menjawab, maka Bagus Seto yang menjawab.
"Peristiwa tadi membuktikan bahwa kepandaian andika dan kedua putera andika amat tinggi. Akan tetapi sayang, sikap andika hanya akan mendatangkan keributan dan pertengkaran."

"Eh, kenapa begitu, anakmas?" tanya Ki Haryosakti sambil memandang kepada Bagus Seto dengan penasaran.

"Paman telah membunuh tiga orang tokoh Bala Cucut dan membiarkan yang dua orang pulang melapor kepada pimpinan mereka, maka tentu pimpinan Bala Cucut tidak akan tinggal diam dan akan menyerang ke sini."

"Ha-ha-ha, kalau benar, dia berani datang, takut apa? Aku akan membunuhnya. Memang Bala Cucut sudah lama mencari perkara, berani merampoki dusun di sekitar pantai yang masih termasuk wilayah kami. Mari kita lanjutkan pesta kita yang tadi terganggu." Dia mengajak dua orang tamunya untuk memasuki rumah besarnya dan ditemani isterinya, Saroji dan Sarmini, mereka lalu makan minum.

"Terima kasih atas kebaikan paman," kata Bagus Seto. "Setelah kami dijamu makanan dan diterima dengan hormat, kini kami akan mohon diri untuk melanjutkan perjalanan kami."

"Eh-eh, nanti dulu. Dan jangan menyebut aku dengan sebutan paman. Terus terang saja setelah melihat diajeng Retno Wilis, timbul keinginan hatiku untuk mengangkatnya menjadi isteriku. Bagaimana pendapatmu, adimas Bagus Seto?"

"Ayah ... !" kembali Sarmini berseru penasaran.

"Diam kau!" bentak ayahnya, lalu berkata kepada Retno Wilis. "Diajeng Retno Wilis, maukah andika menjadi isteriku. Aku adalah seorang yang suka berterus terang dan jujur, maka kusampaikan keinginan hatiku itu tanpa pura-pura lagi. Bagaimana pendapat andika berdua?"

Sepasang mata Retno Wilis sudah mencorong tanda bahwa ia marah sekali, akan tetapi Bagus Seto tersenyum kepadanya.

"Urusan perjodohan adalah urusan yang penting sekali, oleh karena itu, perkenankan kami kakak beradik untuk merundingkan hal ini lebih dulu berdua saja."

"Ah, tentu saja! Tentu saja boleh, hanya asal andika berdua mengetahui saja bahwa aku, Ki Haryosakti kalau sudah menghendaki sesuatu, harus tercapai kehendakku itu, dan bahwa aku adalah seorang laki-laki yang bertanggung-jawab, maka jangan khawatir kalau kelak aku akan menyia-nyiakan diajeng Retno Wilis."

Hati Retno Wilis sudah menjadi panas sekali, akan tetapi Bagus Seto lalu memegang tangannya dan mengajak gadis itu menyingkir ke ruangan lain agar dapat berbicara berdua saja.

"Aduh, kakang. Tidak kuat hatiku, kalau engkau tidak membawaku ke sini tentu sudah kuhajar si mata keranjang itu!" kata Retno Wilis.

"Sabar dan tenanglah, diajeng. Dia bukan seorang jahat, hanya mata keranjang. Akan tetapi dia jujur, mengaku terus terang di depan isteri dan anak-anaknya. Dan kurasa dia tidak membual saja ketika mengatakan bahwa apa yang diinginkan harus tercapai."

"Apa? Apa maksudmu, kakang? Apakah aku harus menerima saja ... !"

"Sabar dulu, jangan terburu nafsu. Kalau engkau marah dan menyerangnya, kita akan berhadapan dengan seluruh anak buah Jambuko Cemeng yang jumlahnya amat banyak. Pula, bukankah kedua puteranya itu merupakan muda mudi yang baik? Sayang kalau sampai kita bermusuhan pula dengan mereka."

"Lalu apa maksudmu sebenarnya?"

"Begini, diajeng. Kita harus menghadapi urusan ini dengan halus. Kita harus menyadarkan Ki Haryosakti dengan cara halus pula. Serahkan saja kepadaku, dan aku yang akan mengatur semuanya. Engkau hanya menyatakan menyerah saja dan nanti kalau diadakan pesta pernikahan, aku yang akan mengatur agar engkau lolos dari urusan ini. Dengan cara ini tidak sampai terjadi keributan dengan dia dan anak buahnya. Mereka ini merupakan kekuatan yang lumayan, kalau kita dapat menariknya agar setia kepada Panjalu, tentu amat menguntungkan."

Retno Wilis cemberut.
"Kalau menurutkan kata hatiku, ingin aku menghajar dia sampai dia bertaubat, dan kalau anak buahnya mengeroyok, akan kuhajar semua!"

"Jangan, diajeng. Turutilah nasihatku dan semua ini akan terlewat dengan aman dan baik."

"Baik, sesukamulah, kakang. Aku serahkan kepadamu untuk mengaturnya, akan tetapi aku tetap tidak sudi kalau harus menjawab sendiri dan menyatakan persetujuanku untuk menjadi isteri mudanya!"

"Baik, jangan khawatir, biar aku yang menghadapinya."

Setelah berkata demikian Bagus Seto menggandeng tangan adiknya ke luar dari situ memasuki ruangan di mana Ki Haryosakti masih menanti. Ketika mereka masuk, Saroji dan Sarmini memandang kepada mereka dengan alis berkerut. Isteri Ki Haryosakti juga memandang akan tetapi hanya sebentar. Wanita ini agaknya tidak mempunyai hak suara dalam urusan ini dan hanya tunduk saja menurut apa yang dikehendaki suaminya.

"Ha-ha, kalian telah kembali? Dan bagaimana dengan keputusan jawaban kalian? Aku hanya mengharap agar jawaban itu tidak mengecewakan!" kata Ki Haryosakti sambil memandang kepada Retno Wilis dengan matanya yang lebar.

"Diajeng Retno Wilis, bagaimana jawabanmu terhadap pinanganku?" Dengan terus terang dia bertanya kepada gadis itu.

Retno Wilis terpaksa menundukkan mukanya agar jangan tampak betapa ia marah sekali.
"Jawabannya kuserahkan kepada kakangmas Bagus Seto," katanya lirih.

"Bagus, memang seharusnya urusan perjodohan diatur oleh orang tua, dan kakakmu dapat saja mewakili kedua orang tuamu. Bagaimana, adimas Bagus Seto, sudahkah kau menentukan jawaban atas pinanganku?"

"Sudah, kakangmas Haryosakti dan kami berdua setuju dan menyerah saja atas kehendak andika," jawab Bagus Seto dengan suara bersungguh-sungguh.

"Ha-ha-ha, bagus sekali! Kalau begitu, sekarang juga akan kuperintahkan kepada anak buahku untuk bersiap-siap. Pernikahan akan dilangsungkan lusa atau keesokan harinya!"

"Ayah, sudah tepatkah apa yang menjadi keputusan ayah itu?" tiba-tiba Saroji berkata kepada ayahnya dengan suara lantang.

"Saroji, apa maksudmu?"

"Ayah, diajeng Retno Wilis masih begini muda, pantaskah menjadi isteri ayah?"

"Tutup mulutmu! Ini bukan urusanmu melainkan urusanku pribadi. Kalau engkau tidak setuju, engkau boleh pergi dari sini!"

"Ayah ... !" Sarmini berseru.

"Sudah, kalian dua orang anak-anak tahu apa! Diamlah dan jangan membuat aku marah!" Ki Haryosakti membentak.

Isterinya hanya menundukkan mukanya, tidak berani mencampuri.
"Sambil menanti datangnya hari pernikahan, kalian berdua menjadi tamu kehormatan di sini, Saroji, Sarmini, antar mereka ke kamar samping. Berikan dua kamar untuk mereka dan layani mereka baik-baik!"

Dua orang anaknya yang diperintah itu lalu bangkit berdiri. Saroji menghampiri Bagus Seto sedangkan Sarmini menghampiri Retno Wilis. Bagus Seto dan Retno Wilis juga berdiri dan mengikuti mereka berdua. Setelah mereka tiba di jajaran kamar di samping rumah besar itu, Saroji tidak dapat menahan kesabarannya lagi dan bertanya kepada Bagus Seto.

"Kakangmas Bagus Seto, apa artinya semua ini? Kenapa andika setuju saja diajeng Retno Wilis diperisteri oleh ayah?" pertanyaan ini diajukan dengan suara tidak senang.

"Dan andika ini bagaimana, mbakyu Retno Wilis. Mengapa tidak menolak untuk diperisteri ayah?" tanya pula Sarmini kepada Retno Wilis.

Retno Wilis hanya melirik kepada kakaknya. Kalau menurutkan kata hatinya ingin ia meneriakkan bahwa ia tidak sudi diperisteri Ki Haryosakti.

Bagus Seto tersenyum.
"Ki Haryosakti adalah seorang yang gagah perkasa dan sakti. Kalau kehendaknya tidak dipenuhi tentu dia akan marah kepada kami. Kami terpaksa menerimanya."

"Terpaksa menerima?" kata Saroji. "Kenapa terpaksa? Kalau kalian menolak, kami akan melindungi kalian. Ayah kami tidak pernah berbuat jahat, tentu tidak akan menggunakan kekerasan. Dia hanya tertarik oleh diajeng Retno Wilis dan menyatakan perasaannya itu dengan terus terang. Akan tetapi dia tidak akan memaksa kalau diajeng Retno Wilis menolak!"

Bagus Seto tersenyum. Dia tahu bahwa pemuda ini kurang pengalaman. Betapapun baiknya Ki Haryosakti, kalau dia sudah tergila-gila kepada Retno Wilis, maka penolakannya tentu akan mendatangkan keributan dan mungkin Ki Haryosakti tidak akan malu malu lagi untuk melakukan pemaksaan.

"Tapi ini tidak pantas!" Sarmini berkata marah. "Kalau ayah meminang mbakayu Retno Wilis untuk kakang Saroji, ini namanya pantas. Bukan untuk diri sendiri!"

Wajah Seroji menjadi kemerahan mendengar ucapan adiknya itu.
"Adikku Sarmini, engkaupun pantas sekali kalau menjadi isteri kakangmas Bagus Seto!" Dia membalas.

Sarmini memandang kakaknya dengan pipi merah.
"Ihh, engkau ada-ada saja, kakang!" berkata demikian gadis manis itu lalu berlari pergi meninggalkan mereka.

"Jangan khawatir, adimas Saroji. Kalau benar-benar andika tidak setuju dengan niat ayahmu memperisteri adikku, kami akan mengusahakan agar hal itu tidak akan terjadi, dan mudah-mudahan ayahmu dapat menyadari kesalahannya," kata Bagus Seto.

Saroji memandang dengan alis berkerut. Pemuda itu sudah menyanggupi, sudah menyetujui adiknya menikah dengan ayahnya, bagaimana mungkin hal itu dibatalkan?

"Membatalkan janji merupakan kesalahan besar," katanya. "Kalau penolakan itu adalah hak kalian. Kenapa tidak menolak saja tadi?"

"Andika tidak mengerti. Sudahlah, harap tidak risaukan hal itu. Aku yang menanggung bahwa pernikahan itu tidak akan terjadi."

Saroji meninggalkan kakak beradik itu dengan hati bertanya-tanya. Apakah yang akan dilakukan dua orang itu untuk membatalkan pernikahan itu? Sementara itu, dengan hati senang sekali Ki Haryosakti memimpin para anggautanya untuk membuat persiapan pesta besar-besaran untuk merayakan pernikahannya dengan Retno Wilis.

**** 028 ****

*** Sepasang Garuda Putih Jilid 029 ***
**** BACK ****

2 comments:

  1. SEKEDAR INFO KAMI SAMPAIKAN……….



    Saya pemenang dari angka jitu MBAH JORO karna dulunya saya orangnya susah dan di lilit hutang semua barang2 saya sudah saya gadaikan semua gara gara main togel dan bantuan MBAH JORO membuat kami berhasil dan seluruh hutang2 kami semuanya sudah lunas jasa Jasa MBAH JORO membuat kami bangga karna MBAH sudah membantu kami semuanya jadi bagi yang ingin seperti saya silahkan hub lansung MBAH JORO di nmor 0823-4557-3962 anda tidak usah ragu untuk mengambil angka jitu MBAH JORO caranya mudah untuk mengambil angka jitu anda tinggal mendaftarkan diri sebagai member tetap MBAH JORO silahkan kirim nama lengkap alamat lengkap dan pulsa 200rb begitulah saya daftar diri dulu saya tidak sia sia bayar pendaftarnya 200rb silahkan hub 0823-4557-3962 atau kunju gi blog ini >
    >>>KLIK DISINI<<

    • لالله�أشهدألاإله إلاالله،وأشهدأن محمدرسوالله صلى الله عليه وسلموعليكومالله�أشهدألاإله

    ReplyDelete
    Replies
    1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

      KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


      KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


      Delete